Berita MGMP

Selasa, 19 September 2017

Bahasa Inggris Bukan Hanya ‘I Love You’, Anakku



SIAPAPUN mungkin tidak asing lagi baginya dengan istilah-istilah seperti demand, supply, elastisitas, cost, price, revenew, atau economic growt dan lain sebagainya. Itu adalah istilah-istilah ekonomi yang setiap hari ditemui. Apa lagi bagi orang bisnis atau yang bersinggungan dengan pembelajaran ekonomi di sekolah seperti para siswa yang setiap hari berjumpa denganku. Pasti istilah ini bukan lagi sesuatu yang baru buat mereka.

Tapi apakah Anda –hai anakku (baca: siswa)– tahu itu merupakan dasar dari pelajaran ekonomi? Ya, pelajaran ekonomi yang saban minggu dibicarakan di ruang kelas? Pertanyaan itu harus saya ajukan karena harapan saya tidak sama dengan kenyataan yang saya lihat. Anak-anakku itu bagaikan melihat dan mengalami sesuatu yang baru dengan istilah-istilah itu. Mereka seperti belum faham juga kalau itu adalah dasar-dasar dari pelajaran ekonomi.

Tidak asing tapi seolah-olah dibuat asing.  Ya, seperti dibuat asing saja istilah itu. Setiap kali ditanyakan dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, mereka melongo dan bagaikan tidak mengerti. Apakah karena  istilah-istilah itu berasal dari bahasa asing alias Bahasa Inggris? Saya menduga begitu.

Seharusnya tidak mesti heran kalau istilah-istilah ekonomi itu banyak diserap dari bahasa asing seperti bahasa Inggris atau Belanda. Bukankah kita tahu kalau pelajaran ekonomi itu berkiblat kepada negara Barat. Tentu saja bahasa yang dipergunakan adalah bahasa mereka: Bahasa Inggris. Tidak mungkin mereka memakai bahasa kita, Bahasa Indonesia.

Tidak sepatutnya anak-anak kita memomokkan bahasa Inggris. Kelihatannya, disebabkan oleh istilah-istilah yang diambil dari bahasa Inggris itu menjadikan mereka membenci pelajaran ekonomi. Sesungguhnya istilah-istilah itu hanyalah meminjam nama saja. Apa yang lebih utama tentulah mengaplikasikan teori-teori ekonomi itu dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan akhir dari pembelajaran ekonomi itu adalah untuk menjadikan mereka mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Tapi mengapa anak-anakku tidak menyukai bahasa Inggris, khususnya bahasa Inggris yang digunakan dalam pelajaran, khususnya ekonomi? Padahal tidak hanya dalam pelajaran Ekonomi saja Bahasa Inggeris dipergunakan. Malah hampir dalam semua mata pelajaran terdapat istilah dalam bahasa Inggeris.

Yang aneh adalah bahwa mereka, anak-anakku itu sering sekali mengucapkan  kata “I Love You” sesama mereka. Sepertinya kosa kata I Love You itu begitu mereka gandrungi. Begitu mereka sukai. Apakah hanya I Love You saja Bahasa Inggris mereka? Itu sajakah yang mereka tahu serta ingin mereka gunakan?

Seharusnya menjadi pemikiran mereka kalau mampu menguasai Bahasa Inggris akan memudahkan mereka untuk mencari pekerjaan atau dalam pergaulan. Jadi tidak cukup hanya dengan I Love You saja. Harus menguasai Bahasa Inggeris itu secara baik.

Kenyataan selama ini memang menyedihkan. Kebanyakan anak-anak kita begitu sulit dalam menguasai bahasa Asing. Dengan pengecualian anak-anak keturunan (Teong Hoa) di daerah ini anak-anak suku lainnya tampak kurang serius dalam mempelajari bahasa Inggris.

Sebagai guru, ingin saya memberikan beberapa tip berikut yang barangkali bisa menjadi pedoman sesama guru dan anak-anakku dalam menguasai Bahasa Inggris:
  1. Guru seharusnya selalu menggunakan istilah sederhana untuk memancing antusias anak dalam berbahasa Inggris. Misalnya, “Submit the paper now.” Lalu anak diharapkan menjawab,” Wait for a moment  miss, we are working it.”. (untuk meminta mereka mengumpulkan tugas di kelas. Mereka menjawab, “Tunggu sebentar lagi dikerjakan,Bu” ).
  2. Guru hendaknya selalu  bertanya dalam Bahasa Inggris sederhana kepada siswa. Misalnya, “Are you ready for the study today?” Siswa diharapkan menjawab, “Yes, miss. We can start the study now.”
  3. Guru membiasakan memberi perintah/ permintaan dalam Bahasa Inggris. Misalnya, “Do you home work!” Anak bisa menjawab misalnya dengan kalimat, “Sure, Miss.”
Selain kegiatan aplikatif seperti itu kepada anak-anak hendaknya selalu pula diingatkan untuk mereka pikirkan/ camkan di hati:
  1. Bahwa setiap orang yang menguasai Bahasa Inggris akan cenderung lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan atau penghasilan.
  2. Untuk mengikuti kemajuan zaman diperlukan penguasaan Bahasa Inggris. Artinya jangan sampai anak-anak menjadi manusia yang ketinggalan zaman.
  3. Untuk komunikasi antar negara sangat diperlukan Bahasa Inggris. Apalagi jika negara kita bertetangga dengan negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-harinya seperti Singapura.
  4. Jangan sampai kita dianggap ‘bagaikan katak di bawah tempurung,” oleh orang lain. Merasa sudah sangat hebat namun sesungguhnya tidak mengerti dunia luar. Jangan sampai begitu.
Maaf rekan-rekan, sahabat guru yang senantiasa berhadapan dengan anak-anak di sekolah. Saya tidak guru Bahasa Inggris, hanya sangat suka belajar dan sangat ingin bisa. Sampai saat ini pun saya belum merasa terlalu bisa. Tapi tetap ingin berbagi semangat, terutama buat anak-anakku, sayang.
Semoga tulisan sederhana ini ada gunanya, buat anak-anakku, anak-anak kita dan anak-anak siapa saja serta di mana saja berada di bumi persada ini.***

Tidak ada komentar:
Write komentar

Berikan Komentar Anda