SIAPAPUN mungkin tidak asing lagi
baginya dengan istilah-istilah seperti demand, supply, elastisitas,
cost, price, revenew, atau economic growt dan lain sebagainya. Itu
adalah istilah-istilah ekonomi yang setiap hari ditemui. Apa lagi bagi orang
bisnis atau yang bersinggungan dengan pembelajaran ekonomi di sekolah seperti
para siswa yang setiap hari berjumpa denganku. Pasti istilah ini bukan lagi
sesuatu yang baru buat mereka.
Tapi apakah Anda –hai anakku (baca:
siswa)– tahu itu merupakan dasar dari pelajaran ekonomi? Ya, pelajaran ekonomi
yang saban minggu dibicarakan di ruang kelas? Pertanyaan itu harus saya ajukan
karena harapan saya tidak sama dengan kenyataan yang saya lihat. Anak-anakku
itu bagaikan melihat dan mengalami sesuatu yang baru dengan istilah-istilah
itu. Mereka seperti belum faham juga kalau itu adalah dasar-dasar dari
pelajaran ekonomi.
Tidak asing tapi seolah-olah dibuat
asing. Ya, seperti dibuat asing saja istilah itu. Setiap kali ditanyakan
dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, mereka melongo dan bagaikan tidak
mengerti. Apakah karena istilah-istilah itu berasal dari bahasa asing
alias Bahasa Inggris? Saya menduga begitu.
Seharusnya tidak mesti heran kalau
istilah-istilah ekonomi itu banyak diserap dari bahasa asing seperti bahasa
Inggris atau Belanda. Bukankah kita tahu kalau pelajaran ekonomi itu berkiblat
kepada negara Barat. Tentu saja bahasa yang dipergunakan adalah bahasa mereka:
Bahasa Inggris. Tidak mungkin mereka memakai bahasa kita, Bahasa Indonesia.
Tidak sepatutnya anak-anak kita
memomokkan bahasa Inggris. Kelihatannya, disebabkan oleh istilah-istilah yang
diambil dari bahasa Inggris itu menjadikan mereka membenci pelajaran ekonomi.
Sesungguhnya istilah-istilah itu hanyalah meminjam nama saja. Apa yang lebih
utama tentulah mengaplikasikan teori-teori ekonomi itu dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan akhir dari pembelajaran ekonomi itu adalah untuk menjadikan
mereka mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tapi mengapa anak-anakku tidak
menyukai bahasa Inggris, khususnya bahasa Inggris yang digunakan dalam
pelajaran, khususnya ekonomi? Padahal tidak hanya dalam pelajaran Ekonomi saja
Bahasa Inggeris dipergunakan. Malah hampir dalam semua mata pelajaran terdapat
istilah dalam bahasa Inggeris.
Yang aneh adalah bahwa mereka,
anak-anakku itu sering sekali mengucapkan kata “I Love You” sesama
mereka. Sepertinya kosa kata I Love You itu begitu mereka gandrungi. Begitu
mereka sukai. Apakah hanya I Love You saja Bahasa Inggris mereka? Itu sajakah
yang mereka tahu serta ingin mereka gunakan?
Seharusnya menjadi pemikiran mereka
kalau mampu menguasai Bahasa Inggris akan memudahkan mereka untuk mencari
pekerjaan atau dalam pergaulan. Jadi tidak cukup hanya dengan I Love You saja.
Harus menguasai Bahasa Inggeris itu secara baik.
Kenyataan selama ini memang
menyedihkan. Kebanyakan anak-anak kita begitu sulit dalam menguasai bahasa
Asing. Dengan pengecualian anak-anak keturunan (Teong Hoa) di daerah ini
anak-anak suku lainnya tampak kurang serius dalam mempelajari bahasa Inggris.
Sebagai guru, ingin saya memberikan
beberapa tip berikut yang barangkali bisa menjadi pedoman sesama guru dan
anak-anakku dalam menguasai Bahasa Inggris:
- Guru seharusnya selalu menggunakan istilah sederhana untuk memancing antusias anak dalam berbahasa Inggris. Misalnya, “Submit the paper now.” Lalu anak diharapkan menjawab,” Wait for a moment miss, we are working it.”. (untuk meminta mereka mengumpulkan tugas di kelas. Mereka menjawab, “Tunggu sebentar lagi dikerjakan,Bu” ).
- Guru hendaknya selalu bertanya dalam Bahasa Inggris sederhana kepada siswa. Misalnya, “Are you ready for the study today?” Siswa diharapkan menjawab, “Yes, miss. We can start the study now.”
- Guru membiasakan memberi perintah/ permintaan dalam Bahasa Inggris. Misalnya, “Do you home work!” Anak bisa menjawab misalnya dengan kalimat, “Sure, Miss.”
Selain
kegiatan aplikatif seperti itu kepada anak-anak hendaknya selalu pula
diingatkan untuk mereka pikirkan/ camkan di hati:
- Bahwa setiap orang yang menguasai Bahasa Inggris akan cenderung lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan atau penghasilan.
- Untuk mengikuti kemajuan zaman diperlukan penguasaan Bahasa Inggris. Artinya jangan sampai anak-anak menjadi manusia yang ketinggalan zaman.
- Untuk komunikasi antar negara sangat diperlukan Bahasa Inggris. Apalagi jika negara kita bertetangga dengan negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-harinya seperti Singapura.
- Jangan sampai kita dianggap ‘bagaikan katak di bawah tempurung,” oleh orang lain. Merasa sudah sangat hebat namun sesungguhnya tidak mengerti dunia luar. Jangan sampai begitu.
Maaf rekan-rekan, sahabat guru yang
senantiasa berhadapan dengan anak-anak di sekolah. Saya tidak guru Bahasa
Inggris, hanya sangat suka belajar dan sangat ingin bisa. Sampai saat ini pun
saya belum merasa terlalu bisa. Tapi tetap ingin berbagi semangat, terutama
buat anak-anakku, sayang.
Semoga tulisan sederhana ini ada
gunanya, buat anak-anakku, anak-anak kita dan anak-anak siapa saja serta di
mana saja berada di bumi persada ini.***
Tidak ada komentar:
Write komentarBerikan Komentar Anda